Langsung ke konten utama

kata adik Vee, "Soloso"

November 21, 2022

Selamat Senin semuanya, aku membuat tulisan ini setelah sampai di kamar 519 asrama dengan kondisi belum mandi sejak 20 jam terakhir, pundak pegal karena bawa banyak sekali barang di perjalanan, kepala pusing seperti masih di kereta. Kamar ku terpantau berantakan dipenuhi barang bawaan, oleh-oleh, baju baju, tas jinjing, dan kemasan McD.

Perjalanan? Kemana sih? Tiga hari yang lalu aku mendapat pengalaman yang tak terbayangkan. Solo Trip. Ada dua maknanya. Pertama, Solo yang merupakan nama populer dari Kota Batik, yap Surakarta. Aku pergi ke Solo untuk bertemu keluarga yang kebetulan sedang memeriahkan Milad Muhammadiyah dan Muktamar yang diadakan 5 tahun sekali. Yang kedua, solo yang berarti sendirian, aku benar-benar berangkat dan pulang ditemani dunia luar, nggak ada yang kukenal. 

Panjang ceritanya. Jadi, dua minggu sebelumnya pertemuan di Solo sudah ramai dibicarakan di grup keluarga. Lalu muncul ide dari kakak kedua untuk minta aku kosongkan agenda dan berangkat ke Solo. Awalnya aku menolak mentah-mentah karena jelas aku nggak bakal lama di Solo dan perizinan di IPB itu nggak mudah, aku merasa nggak worth it. Tapi bertambahnya hari malah bertambah bujukannya wkwk, kakak sulung juga malah semangat kasih tau rute keretanya. Jadi kupikir kapan lagi ketemuan sekeluarga lengkap, karena kalo bukan hari itu, mungkin Ramadhan tahun depan baru bisa kumpul lengkap. Akhirnya kuputuskan untuk 'yuk cobain pengalaman ini demi ketemu keluarga'. Menghitung hari, alhamdulillah dilancarkan, bahkan aku dijanjikan HP baru sama Ibu wkwk, ngga sebanding sih tapi senang aja. Semakin hari semakin yakin kalo aku akan berangkat ke Solo. Tapi sampai di hari keberangkatan, aku masih ragu-ragu, masih nggak percaya aku akan melintasi pulau Jawa sejauh itu.

Pengalaman nomor satunya bukan momen bersama keluarga di Solo, tapi yakinnya kakiku untuk berani maju membawa diri ini berjalan sejauh itu pertama kalinya. Nggak pernah terpikirkan sebelumnya memutuskan untuk ke S o l o, karena di Lampung, aku kalo main paling jauh ke Teluk. Rasanya kayak jadi anak liar. Perjalanan sembilan jam, kebanyakan menunggu dengan menggendong tas pinjaman yang super berat, sambil memaknai hidup di perjalanan #anjas.

Istirahat di Blagungan

Sampai di Stasiun Solo Balapan, aku dihubungi tante, rumahnya di Blagungan mengatur sistem penjemputanku, akhirnya dijemput Om. Tahu apa kalimat yang pertama kali keluar dari Om Toni?

"Kamu di Bogor kuliah dimana?" langsung kujawab dengan mantap "IPB Om." Lalu dibalasnya, "OH IPB? Yang pada kena pinjol itu? Kamu nggak ikut-ikutan to?" agak sedih dengernya tapi memang ketika itu lagi in berita mahasiswa yang terjerat pinjaman online, sayang banget berita yang sampai yang kurang enak didengar tapi mau gimana lagi. 

Di tengah perjalanan aku ngobrol-ngobrol sekadar basa-basi walaupun seringnya nggak kedengaran, ya nggak apa-apa.  Solo sejuk banget waktu itu, semalam habis hujan, pohon-pohon masih basah, tapi untungnya langit cerah, di tengah jalan sudah terasa semarak Muktamarnya. Banyak rombongan yang bergerak di sisian jalan, "Itu pada mau ke Manahan" kata Om Toni. Dari anak-anak TK sampai ibu-bapak tua renta berseragam Aisyiyah Muhammadiyah ikut memeriahkan. Perjalanan sekitar 15 menit. Akhirnya sampai di rumah, disambut dua sepupu, Rihab dan Qiyanzi. 

Sekitar jam 9 Mba Nadiya datang ke rumah, cipika cipiki sebentar lalu langsung berangkat lagi ke lokasi Muktamar. Omong-omong aku nggak ikut karena memang nggak ada kepentingan (bukan utusan dan terlalu capek jadi penggembira).

Muktamar Expo di Tjolomadoe

Muktamar itu bisa dibilang musyawarah besar yang diselenggarakan lima tahun sekali oleh Pimpinan Muhammadiyah sebagai pergantian generasi, ini menjadi momen silaturahmi dan kolaborasi warga persyarikatan se-Indonesia bahkan Dunia. Makanya ngga heran muktamar adalah momen paling ramai dan salah satu yang paling penting di acara Muhammadiyah dan Aisyiyah. Semua perwakilannya rela datang dari ujung ke ujung Indonesia untuk menghadiri atau sekadar memeriahkan muktamar. Kali ini, Pak Haedar Nashir terpilih kembali sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Ibu Salmah Orbayinah selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah.

Sore hari, setelah selesai acara Muktamar dan makan-makan keluarga (agak) besar, kita berangkat ke Tjolomadoe, Pabrik Gula yang tutup tahun 1998 dan kemudian sekarang jadi museum dan pusat kegiatan di Kota Solo. Banyak acara di sana, tapi aku hanya fokus ke satu hal: oleh-oleh. Hahaha. Aku mengincar pameran-pameran untuk oleh-oleh ketika pulang ke Bogor karena why not?

Belum puas hanya sekali, besoknya aku ke Tjolomadoe lagi, kali ini berempat, bareng Mba Nuha, Nizam, dan Nidral. Sebelum itu, aku sempat main ke Mall dulu, namanya Solo Square.

Got New Shoes

Part ini harus ada narasi besarnya dulu haha. Jadi beberapa hari lalu, aku cuci sepatuku di asrama, lalu seperti biasa kujemur di atas. Memang sengaja kubiarkan 3-4 hari karena Bogor jarang panas, jadi kukira waktu 3 hari itu sudah pas. Ternyata eh ternyata, raib sudah sepatuku, sudah tanya forum seasrama, selorong, bahkan lapor kaka Senior Resident tetap tidak ada hasilnya. Ya udah aku memutuskan untuk, nanti kalau ada kesempatan aku mau beli sepatu. Muncul lah ide ini ketika aku di Solo, mumpung di sini aku bisa beli sepatu. Jadi lah jauh-jauh ke Solo kita dapat sepatu!

Akhir Perjalanan

Sayang banget sampai akhir ngga ada kabar kalau si bungsu bisa hadir ke Solo, masih ada acara perkemahan di Jogja. Pada akhirnya, perjumpaan di Solo bersama keluarga dan semarak Muktamar terpaksa harus diselesaikan. Aku berangkat pakai KA Jarak Jauh dari Solo Balapan berbekal dua Roti O. Di stasiun, aku baru melihat banyak anak sekolah yang memang transportasinya kereta, keren. Banyak anak-anak yang harus menempuh jarak sejauh ini, pagi-pagi sekali. Resmi menginjakkan kaki di Bogor ketika kaki kiri itu melangkahi peron. Singkat cerita aku pesan Grab untuk mengantarku ke IPB. Di jalan aku minta mampir sebentar di McD karena laper banget cuy, sekalian tukar promo. Setelahnya aku langsung ke IPB. Tuntas sudah perjalanan ini ditandai dengan muka kemenangan si gadis dengan kerudung merah muda yang berpoto dengan bapak Grab.

Namanya perjalanan kadang nggak terbayangkan, Yang 24 jam lalu masih haha hihi di rumah Blagungan bersama sepupu sekarang sudah hadir di hadapan ranjang tingkat kamar 519 dan harus bersiap kuliah. Sempat bengong lumayan lama, tapi setelahnya sadar untuk siap-siap kuliah.

Sekiaan. Btw maapin tulisanku yang kaya anak SD ini, ya :) Au Revoir!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Dampak

Alifah namanya, teman asramaku yang sering cerita tentang budaya daerahnya. Dari situ, kepalaku mulai dipenuhi kesan 'orang-orang keren banget dah'. Waktu itu dia cerita tentang budaya bekenjong, kuyang, juga haul yang mana menyimpang dari syariat-syariat Islam. Saat sekolah menengah pertama, Alifah udah mengenali bahwa ini merupakan suatu permasalahan, dari apa yang didapat di sekolahnya, dia berpikir 'kok ada yang ganjil ya?' dan 'apa yang bisa aku lakukan untuk masyarakat ya?' Dari sini dia jadi punya arah untuk melakukan setiap hal, ada intensi akhirnya. Nggak mau terjerumus dan selalu berusaha membawa kebenaran untuk orang di sekitarnya. Di lain cerita, dia juga membahas kalau dia masuk ke jurusan Manajemen Sumber Daya Lahan di IPB adalah untuk mengelola potensi Kalimantan khususnya di bidang pertanian. Lagi-lagi karena disadarkan oleh kondisi pertanian yang memang belum maksimal. Dia bilang akan kembali dan mengabdi ke Kalimantan setelah kuliah di luar tan...

Tulisan yang Selesai

Sebetulnya menulis itu sudah menjadi hobiku dari kecil, mungkin untuk beberapa orang juga punya kebiasaan sederhana yang sama: menulis diary. Itu jadi sarana berlatih, juga menangkap momen penting. Fase menulis untuk diri sendiri itu berlangsung lama sekali, semua tulisanku hanya untuk aku. Aku ngga punya nyali untuk menduniakan tulisanku.  Ragu iya, takut sama pikiran orang lain juga iya. Menulis itu ngga lekang oleh zaman, aku sadar kok blog ngga lagi jadi tren untuk saat ini, tapi keseruan tersendiri ketika aku bisa punya tempat untuk bercerita, menuangkan perasaanku, malah lebih jadi kaya tempat rahasia, betul apa betul? Menulis, sesederhana mengerjakan tugas sekolah juga butuh skill, ' menulis' itu bukan sekadar mengetik atau menggoreskan pena di kertas. Pada tingkatan yang berbeda, menulis bisa dijadikan sebagai alat untuk mengubah dunia, kisah dan pemikiran yang dituang dalam tulisan sedikit banyak bisa memberi pengaruh pada sekitarnya.  Seengganya ketika kita udah beru...
Pada Suatu Hari Nanti Oleh : Sapardi Djoko Damono pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi tapi dalam bait-bait sajak ini kau tak akan kurelakan sendiri pada suatu hari nanti suaraku tak terdengar lagi tapi di antara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi namun di sela-sela huruf sajak ini kau tak akan letih-letihnya kucari (1991)